Entri Populer

Minggu, 09 Oktober 2011

ALIRAN SYI’AHALIRAN SYI’AH

A. MUQADDIMAH
Tidak seperti kebiasaan firqoh-firqoh ajaran Islam yang lain, Sy n senjata Taqiyah, yaitu menampakkan atau mengucapkan sesuatu yang bertentangan i’ah menyampaikan dan menebarkan ajarannya dengan menggunaka dengan isi hatinya. Atau dengan bahasa populer munafik.
Taqiyah bagi Syi’ah adalah sembilan persepuluh agama, wajib dilakukan dan tidak boleh ditinggalkan sampai Imam Mahdi datang. Barang siapa meninggalkan Taqiyah sebelum datangnya Imam Mahdi maka telah keluar dari agama Allah dan dari agama Syi’ah Imamiyyah dan menentang Allah SWT dan Rosul-Nya.
Dahulu Taqiyah dilakukan karena takut terjadinya penindasan dari pihak penguasa. Tetapi selanjutnya digunakan untuk menipu, bohong bahkan untuk menghalalkan barang yang haram dan mengharamkan barang yang halal. Taqiyah tidak hanya dilakukan antar orang Syi’ah dan lawannya, tetapi juga dilakukan antar mereka sendiri sebagai latihan, sehingga spontanitas dapat digunakan waktu menghadapi lawannya/Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Taqiyah itu bisa berbentuk ucapan, perbuatan, tulisan bahkan ada sebuah kitab yang ditulis semata-mata untuk Taqiyah.
Denga cara taqiyah inilah, maka banyak orang Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang terjebak mengikuti ajaran Syi’ah, bahkan ada yang mengatakan bahwa Syi’ah adalah sama dengan Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Ini disebabkan oleh ketidak mengertiannya tentang hakikat Syi’ah.
B. PENGERTIAN SYI’AH DAN PERKEMBANGANNYA
Syi’ah menurut bahasa adalah pendukung atau pembela. Syi’ah Ali adalah pendukung atau pembela Ali. Syi’ah Mu’awiyah adalah pendukung Mu’awiyah. Pada zaman Abu Bakar, Umar dan Utsman kata Syi’ah dalam arti nama kelompok orang Islam belum dikenal. Kalau pada waktu pemilihan kholifah ke-tiga ada yang mendukung Ali, tetapi setelah ummat Islam memutuskan memilih Utsman bin Affan, maka orang-orang yang tadinya mendukung Ali, akhirnya berbai’at kepada Utsman termasuk Ali. Jadi, belum terbentuk secara faktual kelompok ummat Islam bernama Syi’ah.
Maka ketika terjadi pertikaian dan peperangan antara Ali dan Mu’awiyah, barulah kata Syi’ah muncul sebagai nama kelompok ummat Islam. Tetapi bukan hanya pendukung Ali yang disebut Syi’ah Ali dan Syi’ah Mu’awiyah. Hal itu tercantum dalam naskah perjanjian melaksanakan TAHKIM, di mana disitu diterangkan: bahwa apabila orang yang ditentukan dalam pelaksanaan tahkim itu berhakangan, maka diisi dengan orang dari Syi’ah masing-masing.
Pengertian Syi’ah Menurut Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah
Kaum Syi’ah adalah kaum ar-Rifadhah, yaitu orang-orang yang menolak dan dinamakan demikian karena mereka menolak keimanan Abu Bakar dan Umar serta mereka sepakat bahwa Nabi Muhammad SAW telah menentukan Ali sebagai penggantinya dengan menyebut namanya dan mengumumkannya terang-terangan. Mereka juga berpendapat bahwa banyak sahabat Nabi SAW telah sesat, karena mereka meninggalkan ajaran dan amalan yang diperintahkannya setelah Rosulullah wafat.
C. PENDAPAT AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH
1. Imam Asy-Syafi’i
“Tidak pernah aku melihat golongan menurut hawa nafsu yang lebih penipu dari golongan Syi’ah”.
2. Imam Malik
“Apabila ditanya Imam Malik berkenaan mereka, maka ia berkata : “Jangan kamu bercakap dengan mereka dan jangan kamu riwayatkan (hadits) dari mereka, karena sesungguhnya mereka adalah penipu”.
3. Abdullah Ibnu Al-Mubarak
“Agama itu bagi ahli hadits, percakapan dan penghayatan bagi ahli falsafah, dan penipuan bagi golongan Syi’ah.”
4. Imam At-Thahawi
Kita semua sayang terhadap sahabat Rosulullah dan kita tidak meninggikan rasa kasih sayang terhadap seseorang dari mereka lebih dari kepatutan, dan kita juga tidak mensucikan seseorang dari mereka dari kesalahan. Kita memarahi siapa yang dimurkai oleh Rosulullah karena kesalahan mereka. Kita tidak menyebut mereka melainkan dengan kebaikan. Rasa sayang kepada mereka adalah dari agama iman dan ihsan, dan kemarahan terhadap mereka adalah kufur, munafik dan zhalim.
5. Al-Ustadz Abul A’la Maududi
Mereka itu dalam pada dakwaan, kesederhanaan mereka adalah sesungguhnya berenang-renang di dalam kekufuran seperti sel-sel putih berenang darah atau seperti ikan dalam air.
Eko Tristiono
Referensi :
1. Mengapa Kita Menolak Syi’ah, LPPI
Kumpulan Makalah Seminar Nasional Tentang Syi’ah 1997
2. Ibnu Umar, Hukum Ulama Islam Terhadap Syi’ah,Virtue Publication, 1987

Tidak ada komentar:

Posting Komentar