Entri Populer

Minggu, 09 Oktober 2011

Syi’ah dan Taqiyyah

Buletin Islam Al IlmuJember Edisi 39/III/II/1425Seseorang belumlah dikatakan mengenal hakekat Syi’ah Rafidhah dgn sebenar-benarnya bila belum mengetahui hakekat taqiyyah disisi mereka. Padahal dgn taqiyyah inilah mereka berhasil mengelabui sekian banyak kaum muslimin.Maka janganlah kita tercengang kalau mendengar atau membaca sedemikian ragam tanggapan positif sebagian kaum muslimin terhadap mereka seperti: Para penganut Syi’ah Rafidhah merupakan bagian dari kaum muslimin Negara Iran yg resmi berasaskan aqidah Syi’ah Ja’fariyah adl negara Islam Khomeini merupakan tokoh revolusi Islam Iran gagasan utk diadakan taqrib antara Syi’ah dan Sunni anggapan bahwa aqidah Syi’ah Rafidhah yg menyatakan bahwa para sahabat Nabi telah kafir Al Qur’an telah mengalami perubahan hanyalah sekedar tuduhan Ahlus Sunnah semata .Definisi TaqiyyahTaqiyyah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: Menyembunyikan dan menjaga. {Lisanul Arab 15/401 dan Al Qamus Al Muhith hal. 1731}Sedangkan secara terminologi syariat taqiyyah memiliki arti: Menyembunyikan keimanan krn tidak mampu menampakkannya ditengah-tengah orang kafir dalam rangka menjaga jiwa kehormatan dan hartanya dari kejahatan mereka. Taqiyyah Menurut Tinjauan Syariat IslamIslam sebagai agama yg sempurna dan penuh rahmat telah mengatur hubungan penganutnya dengan orang-orang kafir yg zhalim dan menguasai kehidupan keagamaan kaum muslimin.
Pada saat yg sama Islam juga sangat memperhatikan kelangsungan hidup para pemeluknya.Dalam rangka mencapai dua keadaan itu Islam memberikan salah satu solusi kepada umatnya berupa taqiyyah berdasarkan bimbingan dalil-dalil syar’i. Di dalam dalil–dalil tersebut terdapat kriteria-kriteria yg membolehkan seorang muslim melakukan taqiyyah. Kriteria-kriteria tersebut adalah:1. Dia tidak mampu melakukan hijrah syar’i dari negeri orang kafir yg dia tinggal di dalamnya karena alasan yg syar’i pula. 2. Taqiyyah dilakukan dihadapan orang-orang kafir. 3. Taqiyyah ditempuh krn dia benar-benar dalam keadaan dipaksa utk mengucapkan atau mengerjakan kekufuran. 4. Bersamaan itu dia benar-benar merasa ketakutan dari kejahatan orang-orang kafir. {Ali Imran: 28}5. Walaupun demikian hatinya tetap tenang dan kokoh diatas keimanan. Taqiyyah Menurut Tinjauan Syi’ah RafidhahAtas dasar riwayat-riwayat batil yg ada pada mereka maka dapat dipastikan bahwa mereka telah berbuat 3 kesalahan fatal:A. Definisi Taqiyyah Yang Bertentangan Dengan Definisi Taqiyyah Secara Syar’iDi dalam Al Kasykul 1/202 karya Yusuf Al Bahrani mengatakan: “ Yang dimaksud dgn taqiyyah adl menampakkan kesamaan dgn keyakinan agama orang-orang yg menyelisihi mereka krn adanya rasa takut.”Al Kulaini meriwayatkan -dengan dusta- dari Abu Ja’far beliau berkata: “Berkumpullah dgn mereka secara dhahir namun selisihilah mereka secara batin”.Al Khomeini di dalam Kasyful Asrar hal. 147 mendefinisikan makna taqiyyah: “Seseorang yg mengucapkan atau mengamalkan sesuatu berbeda dgn kenyataan yg membatalkan timbangan-timbangan syariat …”.Tampak dari ucapan-ucapan mereka bahwa definisi taqiyyah menurut Syi’ah Rafidhah:1. Tidak membedakan apakah taqiyyah mereka amalkan dihadapan kaum muslimin atau orang- orang kafir. Lalu apa bedanya mereka dgn orang-orang munafik di jaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam ?!.2. Apa yg mereka sembunyikan bukanlah keimanan namun justru kekufuran tatkala berkumpul dengan kaum muslimin.3. Taqiyyah mereka tidak memperhatikan timbangan-timbangan atau kriteria-kriteria syar’i.B. Kedudukan dan Keutamaan Taqiyyah yg Berlebihan Menurut Syi’ah Rafidhah1. Taqiyyah adl pokok agama mereka.Al Kulaini di dalam Al Kafi 2/174 menukilkan –dengan dusta- ucapan Abu Ja’far: “Taqiyyah merupakan agamaku dan agama para pendahuluku. Tidak ada keimanan bagi seseorang yg tidak bertaqiyyah”. Dalam riwayat lain -dengan dusta- dari Abu Abdillah: “Tidak ada agama bagi seorang yg tidak bertaqiyyah”.2. Taqiyyah adl kemuliaan agama seseorang.Al Kulaini di dalam Al Kafi 2/176 meriwayatkan –dengan dusta- ucapan Abu Abdillah kepada Sulaiman bin Khalid: “Wahai Sulaiman sesungguhnya engkau diatas agama yg apabila seseorang menyembunyikannya maka Allah akan muliakan dia. Barangsiapa menampakkannya maka Allah akan hinakan dia”.3. Taqiyyah merupakan sebuah ibadah yg paling dicintai AllahAbu Abdillah mengatakan di dalam Al Kafi 2/219 karya Al Kulaini –dengan dusta- : “Tidaklah Allah diibadahi dgn suatu amalan yg lbh Dia cintai daripada Al Khab’u. Aku bertanya: “Apa itu Al Khab’u ? Beliau menjawab “Taqiyyah”.4. Taqiyyah merupakan seutama-utama amalan hamba.Di dalam Tafsirul Askari hal. 163 dinukilkan -dengan dusta- bahwa Ali bin Abi Thalib pernah berkata: “Taqiyyah merupakan salah satu amalan mukmin yg paling utama. Dia menjaga diri dan saudaranya dgn taqiyyah dari orang-orang jahat .5. Taqiyyah merupakan semulia-mulia akhlak.Dari Al Baqir dia berkata: “Semulia-mulia akhlak para imam dan orang-orang mulia dari kelompok kami adl taqiyyah”. 6. Hukum taqiyyah setingkat tauhid dan shalat wajibAl Qummi di dalam Al I’tiqadaat mengatakan: “Taqiyyah hukumnya wajib. Barangsiapa meninggalkannya maka kedudukannya seperti meninggalkan shalat wajib.”Dia meriwayatkan didalam kitab tersebut dari Ali bin Hasan –dengan dusta– beliau berkata: “Allah mengampuni seluruh dosa seorang mukmin dan mensucikannya di dunia dan akhirat kecuali 2 dosa: meninggalkan taqiyyah dan meninggalkan hak-hak saudaranya {saudara sesama Syi’ah Rafidhah –red}.”7. Mereka membatasi kewajiban bertaqiyyah sampai munculnya Imam MahdiAl Qummi di dalam Al I’tiqadaat juga mengatakan: “Taqiyyah hukumnya wajib. Tidak boleh menghapus kewajiban itu sampai muculnya Imam Mahdi..”.C. Munculnya Amalan-Amalan Kemungkaran Sebagai Realisasi Pandangan Sesat Mereka Terhadap Taqiyyah1. Pengkafiran kaum muslimin yg tidak melakukan taqiyyah ala Syi’ah RafidhahAl Qummi di dalam Al I’tiqadaat ketika menyebutkan tentang kewajiban taqiyyah mengatakan: “..
Barangsiapa meninggalkan sebelum munculnya Imam Mahdi maka dia telah keluar dari agama Allah agama Imamiyyah dan menyelisihi Allah Rasul serta para imam mereka.”2. Pembolehan utk melakukan taqiyyah didalam segala keadaan walaupun dalam keadaan tidak terpaksaAth Thusi meriwayatkan –dengan dusta– di dalam Al Amaali hal. 229 dari Ash Shadiq beliau berkata: “Bukanlah dari golongan kami seseorang yg tidak menjadikan taqiyyah sebagai syiar dan bajunya walaupun ditengah orang-orang yg dia percayai. Hal itu tetap dia lakukan agar selalu menjadi tabiatnya ketika ditengah orang-orang yg mengancamnya.”3. Ibadah yg diiringi dgn taqiyyah memiliki keutamaan besarAsh Shaduq di dalam Man Laa Yahdhuruhul Faqih 1/266 meriwayatkan –dengan dusta– dari Abu Abdillah berkata: “Tidaklah salah seorang diantara kalian menunaikan shalat wajib sesuai waktunya lalu shalat lagi dgn taqiyyah bersama mereka dalam keadaan berwudlu’ kecuali Allah tulis baginya sebesar 25 derajat. Oleh krn itu berharaplah kalian utk mendapatkannya.”4. Riwayat-riwayat para Imam mereka yg bertolak belakang dgn aqidah mereka dianggap sebagai taqiyyah 5. Penafsiran yg batil terhadap ayat-ayat Allah Ta’alaSurat Fushshilat 34 :وَلاَ تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلاَ السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُyang artinya: “Dan tidaklah sama antara kebaikan dan kejelekan. Balaslah dgn cara yg lbh baik.”Abu Abdillah berkata: “Kebaikan itu adl taqiyyah sedangkan kejelekan itu adl terang- terangan di dalam beragama.” Sedangkan ‘cara yg lbh baik’ itu adl taqiyyah. Surat Al Hujurat 13 :إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْyang artinya: “Sesungguhnya orang yg paling mulia diantara kalian disisi Allah adl yg paling taqwa.”Ash Shadiq - seorang syi’i - berkata: “Yaitu orang-orang yg paling mengetahui tentang taqiyyah.” Aqidah Taqiyyah Merupakan Ciri Khas Syi’ah RafidhahDi dalam Al I’tiqadaat karya Al Qummi diriwayatkan –dengan dusta– dari Ali bin Husain beliau berkata: “Kalau seandainya tidak ada taqiyyah maka wali-wali kami tidak akan dikenal diantara musuh-musuh kami.”Hakekat Taqiyyah Syi’ah Rafidhah Sama Dengan KemunafikanSangat tepat utk dinyatakan bahwa hakekat taqiyyah mereka tidaklah beda dgn kemunafikan di masa kenabian Rasul Shallallahu ‘alaihi wassallam. Padahal Allah Ta’ala banyak memperingatkan sifat-sifat mereka di dalam kitab-Nya diantaranya:وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ ءَامَنُوا قَالُوا ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَArtinya : “Dan jika mereka bertemu dgn orang-orang beriman mereka berkata: ‘Kami beriman.’ Namun bila mereka bertemu dgn para syaithan mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami bersama kalian. Kami hanyalah mengejek mereka .” {Al Baqarah: 14}Allah juga berfirman :قُولُونَ بِأَلْسِنَتِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْyang artinya: “Mereka mengatakan sesuatu yg berbeda dgn apa yang ada di hatinya.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam mengingatkan tentang keadaan mereka:“Dan kalian akan dapati sejelek-jelek manusia adl yg bermuka dua yaitu dia mendatangi suatu kaum dgn satu wajah dan mendatangi kaum yg lain dgn wajah yg lain pula.” Ahli Bait Berlepas Diri Dari TaqiyyahSyaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah di dalam Minhajus Sunnah 2/46 menyebutkan bahwa Allah membersihkan kaum mukminin dari kalangan Ahli Bait dari perbuatan taqiyyah. Bahkan mereka merupakan manusia paling jujur dalam keimanan. Agama mereka adl ketaqwaan dan bukan taqiyyah.Sumber: Buletin Islam Al IlmuJember Edisi 39/III/II/1425.Dikirim via Email oleh Al Akh Hardi Ibnu Harun
sumber : file chm Darus Salaf 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar